Saat kelas 5
SD, Ana-Ani terpaksa berhenti sekolah karena kondisi fisik yang kurus dan
kecil, juga sering sakit dan tidak jarang harus dirawat di rumah sakit. 3 tahun
mereka tidak bersekolah dan hanya les-les saja dengan mendatangkan guru
kerumah. Karena dibutuhkan untuk mengikuti POPNAS DKI, ANI saya masukkan
kembali sekolah di cipayung dan harus mengulang di kelas 5. Salah satu
pengorbanan yang harus dilakukan oleh si kembar dalam meniti prestasi.
Fitriana Sabrina Dan Fitriani Sabatini |
Waktu terus berjalan, Ana-Ani terus berusaha
mengukir prestasi, namun hingga kini belum ada sponsor yang melirik apalagi
mengulurkan tangan bagi mereka berdua. Tetapi syukurlah mereka masuk pemusatan
latihan daerah (Pelatda) DKI untuk PON 2016 di Bandung. Tiap bulan Ana-Ani
menerima uang saku dan dana turnamen.
Alhamdulilah, di PON XIX Jabar, Ana-Ani meraih
medali perak dari nomor beregu putri dan medali perunggu untuk nomor ganda
serta ganda campuran. Mereka mendapatkan bonus yang bisa kami pergunakan untuk
mencukupi keperluan mereka. Hingga saat ini Ana-Ani masih tercatatat sebagai anggota Pelatda DKI
untuk PON 2020.
Selanjutnya untuk biaya finansial ya seperti air yg
mengalir, bila ada dana maka mereka ikut turnament akan tetapi sebaliknya bila
tidak ada dana maka mereka tidak ikut turnamen. Di level ITF Juniors, sempat berada di peringkat 400 dunia, tetapi
kemudian tidak berlanjut karena kembali ke masalah klasik terkait tidak adanya
dana.
Sebagai ibu, saya senantiasa member dorongan
semangat kepada mereka juga membesarkan hati mereka agar terus berjuang semaksimal
mungkin meskipun dalam keterbatasan. Insyaallah bila Tuhan mengijinkan apapun
akan terjadi.