Fitriana Sabrina Dan Fitriani Sabatini Kisah Mereka Meraih Prestasi (2)

Ana-Ani mulai mengenal tenis ketika mereka berumur 8 tahun dan sang ayah mulai melatih mereka. Awalnya sekedar pukul bola di tembok ruang tamu. Lalu saya mengajak mereka main mini tennis di halaman rumah dan beberapa waktu kemadian kami ajak mereka ke lapangan tenis.


Fitriana Sabrina Dan Fitriani Sabatini
Saat Ana-Ani berusia 8,5 tahun, mereka iseng-iseng didaftarkan mengikuti bintang series di senayan. Itu merupakan turnamen pertama mereka. Ketika itu saya sama sekali belum mengenal seluk beluk dunia tenis. Rasanya seperti mimpi melihat anak-anak lain sudah bagus-bagus tetapi Ana-Ani bisa member perlawanan meskipun akhirnya kalah. Setelah itu kemudian mereka mengikuti turnamen didaerah Depok. Ana-Ani kalah dibabak pertama. Ketika itu Ani tidak mau pulang, dia kekeh mau bawa pulang piala consulation. Rupanya usaha Ani tidak sia-sia, dia berhasil menjadi juara consul dan bisa membawa pulang piala pertamanya.

Piala pertama yang berhasil diraih Ani menjadi motivasi tersendiri bagi Ani maupun Ana, mereka mulai berlatih dengan lebih serius dan hasilnya, satu demi satu gelar juara bisa mereka dapatkan sekaligus menambah koleksi piala mereka.

Semakin sering Ana-Ani mengikuti turnamen, semakin sering pula mereka memenanginya. Namun disisi lain kendala finansial juga makin kami rasakan. Ketika itu Ana-Ani  memasuki usia 11 tahun, mereka rajin-rajinnya mengikuti berbagai turnamen dan tentu itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kami memutuskan sang ayah berhenti bekerja di sebuah perusahaan jepang, agar mendapat dana pesangon yang bisa digunakan untuk  biaya mengikuti berbagai turnamen dan biaya latihan. Rupanya dana pesangon itu masih kurang, akhirnya kami menjual rumah yang sebenarnya masih dalam kondisi kredit, jadi kami oper kredit. Semua untuk menutupi biaya tennis.  Kami kemudian pindah kontrak rumah di Jakarta Utara. Dari situlah prestasi Ana-Ani terus terukir. (Part 3)